A. Pengertian Konseling Kelompok menurut Ahli
1. Rochman Natawijaya, 1987:14
Konseling kelompok adalah suatu upaya
bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan
penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan
dan pertumbuhannya.
2. Menurut Asew, 1990
Konseling kelompok adalah sebagai suatu praktek profesional yang luas, yang
mengarahkan kepada pemberian bantuan atau penyelesaian tugas-tugas dalam suatu
adegan (setting) kelompok.
3. Menurut Gazda, 1967
Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang
terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi
terapi, seperti saling mempercayai, saling memerlukan, saling pengertian,
saling mendukung dan menerima.
4. Gazda, 1984 dan Shertzer & Stone, 1980
Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang
dinamis yang terpusat pada pemikiran dan prilaku yang disadari.
5. Prayitno, 1999 : 115-120
Konseling kelompok adalah suatu layanan bimbingan dan kelompok konseling
yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk
pembahasan dan pengentasan permasalahan dan pengentasan permasalahan yang
dialaminya melalui dinamika kelompok.
6. Achmad Juntika
Konseling kelompok adalah adalah layanan konseling perorangan yang
dilaksanakan di dalam konseling kelompok, siswa memperoleh kesempatan bagi
pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
7. Allson
Konseling kelompok adalah layanan yang membantu peserta didik dalam
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi dalam suasana kelompok.
8. Menurut Sukamto
Konseling kelompok adalah pelayanan pengembangan pribadi dan pemecahan
masalah dalam sebuah diskusi kelompok yang mementingkan pemenuhan kebutuhan dan
kebahagiaan individu sesuai harkat dan martabatnya.
9. Erman Amti
Konseling kelompok adalah kegiatan dinamika kelompok yang membantu
tercapainya perkembangan optimal individu sesuai bakat dan kemampuan, sehingga
dapat hidup mandiri.
10. Dr. Thantawy R, M.A. : 2005
Konseling Kelompok merupakan hubungan interpersonal yang dinamis antara
konselor dan konseli dan antar konseli, interaksi dalam kelompok memungkinkan
anggota kelompok untuk belajar menghadapi kenyataan hidup dan meningkatkan
pengertian saling percaya, penerimaan nilai-nilai kehidupan, cita-cita, tujuan
serta sikap atau tingkah laku yang digunakan oleh lingkungan sosial tertentu.
11. Menurut Heru
Mugiarso (2007) konseling kelompok merupakan layanan konseling yang
diselenggarakan dalam suasana kelompok. Materi umum layanan konseling kelompok
diselenggarakan dalam kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok yang
meliputi segenap bidang bimbingan. Masalah tersebut dilayani melalui pembahasan
yang intensif oleh seluruh anggota kelompok.
12. Menurut Dewa
Ketut Sukardi (2003) konseling kelompok merupakan konseling yang di selenggarakan dalam kelompok, dengan
memanfaatkan dinamika kelompok yang terjdi di dalam kelompok itu.
Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam
kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang
bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).
13. Menurut
Tatik Romlah (2001) konseling kelompok adalah upaya untuk membantu individu
agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat
pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalani
perkembangannya dengan lebih mudah.
14. Corey
& Corey (2006) menjelaskan bahwa seorang ahli dalam konseling kelompok
mencoba membantu peserta untuk menyelesaikan kembali permasalahan hidup yang
umum dan sulit seperti: permasalahan pribadi, sosial, belajar/akademik, dan
karir. Konseling kelompok lebih memberikan perhatian secara umum pada
permasalahan-permasalahan jangka pendek dan tidak terlalu memberikan perhatian
pada treatmen gangguan perilaku dan psikologis. Konseling kelompok memfokuskan
diri pada proses interpersonal dan strategi penyelesaian masalah yang berkaitan
dengan pemikiran, perasaan, dan perilaku yang disadari. Metode yang digunakan
adalah dukungan dan umpan balik interaktif dalam sebuah kerangka berpikir here
and now (di sini dan saat ini).
15. Latipun (2001:147)
konseling kelompok (group counceling) merupakan salah satu
bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, member umpan
balik (feed back) dan pengalaman belajar. Konseling kelompok
dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok.
B. Tujuan Konseling Kelompok
a. Menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:20). Tujuan yang
ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan
dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok,
agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui
bantuan anggota kelompok yang lain.
b. Menurut Dewa Ketut Sukardi, (2002:49).Tujuan konseling
kelompok meliputi:
a) Melatih anggota kelompok agar berani
berbicara dengan orang banyak
b) Melatih anggota kelompok dapat bertenggang
rasa terhadap teman sebayanya
c) Dapat mengembangkan bakat dan minat
masing-masing anggota kelompok
d) Mengentaskan permasalahan – permasalahan
kelompok.
c.
Menurut Prayitno, (1997:80). Konseling kelompok memungkinkan siswa
memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami
melalui dinamika kelompok.
C.
Asas Konseling Kelompok
Dalam kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah aturan ataupun
asas-asas yang harus diperhatikan oleh para anggota, asas-asas tersebut yaitu:
1) Asas kerahasiaan
Asas
kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam konseling kelompok karena
masalah yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap
anggota kelompok diharapkan bersedia menjaga semua (pembicaraan ataupun
tindakan) yang ada dalam kegiatan konseling kelompok dan tidak layak diketahui
oleh orang lain selain orang-orang yang mengikuti kegiatan konseling kelompok .
2) Asas
Kesukarelaan
Kehadiran,
pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari anggota kelompok harus bersifat
sukarela, tanpa paksaan.
3) Asas
keterbukaan
Keterbukaan
dari anggota kelompok sangat diperlukan sekali. Karena jika ketrbukaan ini
tidak muncul maka akan terdapat keragu-raguan atau kekhawatiran dari anggota.
4) Asas
kegiatan
Hasil
layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila klien yang dibimbing tidak
melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan– tujuan bimbingan. Pemimpin kelompok
hendaknya menimbulkan suasana agar klien yang dibimbing mampu menyelenggarakan
kegiatan yang dimaksud dalam penyelesaian masalah
5) Asas
kenormatifan
Dalam
kegiatan konseling kelompok, setiap anggota harus dapat menghargai pendapat
orang lain, jika ada yang ingin mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain
harus mempersilahkannya terlebih dahulu atau dengan kata lain tidak ada yang
berebut.
6) Asas
kekinian
Masalah yag
dibahas dalam kegiatan konseling kelompok harus bersifat sekarang. Maksudnya,
masalah yang dibahas adalah masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak,
yang mengganggu keefektifan kehidupan sehari-hari, yang membutuhkan
penyelesaian segera, bukan masalah dua tahun yang lalu ataupun masalah waktu
kecil.
D. Komponen-Komponen Konseling Kelompok
a. Pimpinan layanan konseling
kelompok
Pemimpin kelompak merupakan
komponen yang penting dalam kegiatan konseling kelompok. Dalam hal ini pemimpin
bukan saja mengarahkan prilaku anggota sesuai dengan kebutuhan melainkan juga
harus tanggap terhadap segala perubahan yang berkembang dalam kelompok
tersebut. Dalam hal ini menyangkut adanya peranan pemimpin konseling kelompok,
serta fungsi pemimpin kelompok.
Adapun peranan pemimpin konseling kelompok menurut Prayitno (dalam
Mahfuzoh, 2005:31) adalah sebagai berikut; Pemimpin konseling
kelompok dapat memberi bantuan, pengarahan, ataupun campur tangan terhadap
kegiatan konseling kelompok; Pemimpin konseling kelompok memusatkan perhatian
pada suasana perasaan yang berkembang dalam konseling kelompok itu baik perasaan
anggota tertentu atau keseluruhan anggota; Jika anggota itu kurang menjutrus
kearah yang dimaksudkan maka pemimpin konseling kelompok perlu memberikan arah
yang dimaksudkanl; Pemimpin konseling kelompok juga memberikan tanggapan (umpan
balik) tentang hal yang terjadi dalam konseling kelompok baik yang bersifat isi
maupun proses kegiatan konseling kelompok; Pemimpin konseling kelompok
diharapkan mampu mengatur jalannya “lalu lintas” kegiatan konseling kelompok;
Sifat kerahasiaan dari kegiatan konseling kelompok itu dengan segenap isi dan
kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya juga menjadi tanggung jawab pemimpin
konseling kelompok.
b. Anggota layanan konseling
kelompok
Keanggotaan merupakan unsur
pokok dalam proses kehidupan konseling kelompok, dapat dikatakan bahwa tidak
ada anggota yang tidak mungkin ada sebuah kelompok. Untuk keanggotaan konseling
kelompok yang ideal adalah 6 orang meskipun pada umumnya anggota berjumlah
antara 4-10 orang (Wibowo, 2005:18). Kegiatan atau kehidupan konseling kelompok
itu sebagian besar dirasakan atas peranan anggotanya. Adapun peranan anggota
konseling kelompok menurut Prayitno (dalam Mahfudzon, 2005:26) antara lain;
membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antara anggora konseling
kelompok; Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri kegiatan konseling
kelompok; Berusaha yang dilakukan itu membantu tercapainya tujuan bersama;
Membantu tersausunnya aturan konseling kelompok dan berusaha memenuhinya dengan
baik; Benar-benar berusaha secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan
konseling kelompok.
Dengan adanya hal tersebut maka tanggung jawab anggota dalam kegiatan
proses layanan konseling kelompok dapat meliputi: menghindari pertemuan secara
teratur, menepati waktu, mengambil resiko akibat dari proses kolompok, bersedia
berbicara mengenai diri sendiri, memberikan balikan kepada anggota konseling
kelompok lain dan memelihara kerahasiaan.
c. Dinamika layanan
konseling kelompok
Dinamika layanan konseling kelompok adalah suasana konseling kelompok yang
hidup, ditandai oleh semangat bekerja sama antar anggota konseling kelompok
untuk mencapai tujuan konseling kelompok. Dalam suasana seperti ini anggota
konseling kelompok menampilkan dan membuka diri serta memberi sumbangan bagi
suksesnya kegiatan konseling kelompok Prayitno (dalam Mahfudzon, 2005:33)
mengemukakan secara khusus dinamika layanan konseling kelompok dapat
dimanfaatkan untuk pemecahan masalah pribadi para anggota konseling kelompok
yaitu apabila interaksi dalam konseling kelompok itu difokuskan pada pemecahan
masalah pribadi yang dimaksudkan. Melalui dinamika layanan konseling kelompok
yang berkembang masing-masing anggota konseling kelompok akan menyumbang baik
langsung maupun tidak langsung proses pemecahan masalah pribadi tersebut.
Kehidupan konseling kelompok akan menentukan arah dan gerak pencapaian tujuan
layanan konseling kelompok.
Layanan konseling kelompok memanfaatkan dinamika konseling kelompok sebagai
media untuk membimbing anggota konseling kelompok dalam mencapai tujuan. Media
dinamika layanan konseling kelompok ini adalah unik dan hanya ditemukan dalam
suatu konseling kelompok yang benar-benar hidup. Konseling kelompok yang hidup
adalah konseling kelompok yang dinamis, bergerak dan aktif berfungsi untuk
memenuhi suatu kebutuhan dan mencapai suatu tujuan.
E. Tahapan Konseling Kelompok
Dalam
pelaksanaan konseling kelompok Prayitno (1987) membagi kegiatan menjadi 4 tahap
yaitu:
1) Tahap I
Tahap ini dinamakan tahap pembentukan, dimana anggota
kelompok saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan kegiatan
konseling kelompok yang ingin dicapai. Tahap ini ditandai dengan terlibatnya
anggota dalam kegiatan kelompok.
2) Tahap II
Tahap ini dinamakan tahap peralihan. Pada tahap
peralihan biasanya diwarnai dengan suasana ketidakseimbangan dalam diri
masing-masing anggota kelompok. Tahap ini merupakan jembatan antara tahap
pertama dengan tahap berikutnya. Oleh karena itu, apabila tahap peralihan dapat
dilalui dengan baik, maka diharapkan tahap-tahap berikutnya akan dapat juga berjalan
dengan baik.
3) Tahap III
Tahap ini dinamakan tahap kegiatan. Tahap ini
merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Kegiatan kelompok pada tahap
ini tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika tahap-tahap
sebelumnya berhasil baik, maka tahap ketiga ini akan berlangsung dengan lancar
dan pemimpin kelompok mungkin sudah bisa lebih santai dan membiarkan anggota
kelompok melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pimpinan kelompok.
4) Tahap IV
Tahap ini dinamakan tahap pengakhiran. Berkenaan dengan pengakhiran
kegiatan kelompok, pokok perhatian hendaknya lebih ditujukan kepada hasil yang
telah dicapai oleh kelompok itu ketika menghentikan pertemuan. Kegiatan
kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai sebaiknya mendorong kelompok
tersebut untuk terus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai penuh.
Dalam hal ini anggota kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan
bertemu. Ketika kelompok memasuki tahap pengakhiran kegiatan kelompok
dipusatkan pada pembahasan-pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para
anggota kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah mereka pelajari pada
kehidupan sehari-hari. Yang lebih penting lagi adalah bahwa pada akhir kegiatan
para anggota kelompok benar-benar telah memetik sesuatu hasil yang berharga
dari kegiatan yang diikutinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar